- Kunjungan Wisatawan ke Hutan Lambusango
Maengket Tour
Pada pertengahan 18 – 23 Mei 2008, Hutan Lambusango dikunjungi oleh turis Amerika Serikat (Dan Ronsenberg), seorang manager perushaan bidang disainer mainan yang bekerja di Hongkong dan memiliki hobi mengamati herpetofauna. Turis tersebut memiliki minat khusus untuk mengamati ular di Hutan Lambusango. Dan Ronsenberg sangat antusias datang ke Hutan Lambusango setelah melihat banyak photo ular menarik dalam buku Snake of Sulawesi. Selanjutnya Dan mengontak beberapa travel di Sulawesi untuk kemungkinan datang ke Hutan Lambusango. Hanya Maaengket Tour yang menyanggupi bisa membawa Dan hingga ke Hutan Lambusango, itupun setelah perusahaan tersebut mengontak OWT sebelumnya. Direktur Maengket Tour langsung mendampingi saat ke lapangan, karena ia ingin mengenali betul potensi wisata di Hutan Lambusango.
Maengket tour (www.maengkettour.com) (web harus dicheck dulu di internet) sebuah perusahaan dibidang jasa tour and travel yang berkantor di Makassar serta menaruh perhatian khusus pada pengambangan ekowisata di wilayah Sulawesi. Perusahaan ini ingin mencitrakan diri sebagai perusahaan yang ahli di Sulawesi (Sulawesi Expert). Sebelumnya telah berhasil turut mengembangkan bisnis ekowisata di Tangkoko Dua Saudara dan Tanah Toraja. Kini perusahaan ini mencoba mengembangkan usahanya hingga ke Sulawesi Tenggara.
OWT bekerja sama kegiatan kunjungan tersebut dari awal kedatangan turis sampai akhir kunjungan. Di lapangan Dan berhasil menemukan empat jenis ular, tidak kurang dari lima jenis kadal dan empat jenis katak. Dua jenis di antara ular yang berhasil ia lihat merupakan spesies target yang paling ia amati yaitu Pit viper (Tropidolaemus wagleri) dan Mangrove snake (Boiga dendropila). Selain itu, ia menikmati fenomena alam menarik seperti gua, lanskap lambusango, sungai yang bertingkat-tingkat dan banyak kekayaan hayati lainnya seperti puluhan kelelawar buah di dalam gua. Dan Ronsenberg sangat puas dengan kunjungannya ke Hutan Lambusango, namun ia berpendapat kalau saja ada homestay yang memadai ia bisa tinggal lebih lama di Labundo-bundo. Tahun depan, ia berencana mengajak teman-teman pecinta ular untuk berkunjung ke Hutan Lambusango. Kegiatan selama Dan di lapangan telah didokumentasikan dalam film berdurasi lima menit : ” Playing With Mangrove Snake”.
Hasil penilaian Maengket, Hutan Lambusango layak dikembangkan menjadi salah satu tempat unggulan wisata di Sulawesi. Kekayaan hayatinya tidak kalah dengan Tangkoko dan luas Hutannya lebih besar. Maengket berencana akan membawa lebih banyak lagi turis dalam waktu mendatang, dengan menggabungkan kegiatan menyelam di Wakatobi dan Mengamati Satwa liar di Hutan Lambusango.
Mempelajari, hasil kunjungan Maengket ke Hutan Lambusango, ada berbagai hal yang harus diperhatikan untuk melakukan pengembangan ekowisata di Hutan Lambusango, terutama masalah :
- Aksesibilitas
Perlu adanya kepastian jadwal penerbangan dari dan menuju Bau-Bau. Semakin banyak jadwal penerbangan keluar masuk Bau-Bau, akan semakin menguntungkan.
b. Akomodasi
Di hutan lambusango belum ada fasilitas penginapan yang memadai bagi segmen turis yang mementingkan pelayanan akomodasi. Hal ini sangat dibutuhkan bagi turis segmen Baby Boom dan Silent Generation. Turis-turis dari Operation Wallacea bisa disebut kelompok Generation X atau kelas back packer. Turis-turis yang dibawa oleh Maengket tour termasuk kelompok Baby boom dan Silent Generation.
- Perijinan
Hendaknya ada kemudahan perijinan bagi turis yang akan masuk ke Hutan Lambusango. Selama ini turis yang ingin masuk ke Hutan Lambusango harus mendapatkan Simaksi di kantor BKSDA kendari. Sangat tidak praktis, seandainya ada turis di Bau-Bau yang berminat untuk ke Hutan Lambusango untuk mengurus perijinan terlebih dahulu di Kendari.
Berkaitan dengan hal di atas, perlu dilakukan beberapa kegiatan strategis untuk mendukung kegiatan pengembangan ekowisata.
- Membuat program Let’s go Lambusango yang melibatkan multi stake holder, khususnya bersama pemerintah daerah dan berbagai tour operator.
- Membuat leaflet yang berisi informasi singkat lambusango dan kegiatan yang memungkinkan dilakukan di Hutan Lambusango. Leaflet dapat dibagikan, terutama kepada turis yang berada di Bau-Bau dan beberapa instansi pemerintah dan swasta di tingkat lokal, regional, dan nasional.
- Membuat home stay khusus yang memadai yang memperhatikan privacy dan kenyamanan turis.
- Kunjungan Mahasiswa UNHALU
Program studi kehutanan Unhalu kembali berkunjung ke Hutan Lambusango. Kunjungan ini merupakan kali kedua, setelah pada 2007 mahasiswa melakukan kegiatan yang sama di Hutan Lambusango. Jumlah mahasiswa yang berkunjung ke Hutan Lambusango saat ini sebanyak 90 orang. Lamanya kegiatan sebanyak satu hari dilaksanakan pada 9 Juli 2008. Sepertinya Unhalu akan menggunakan Hutan Lambusango sebagai target kunjungan pada tahun-tahun berikutnya.
Staff OWT mendampingi mahasiswa di lapangan untuk mengenali karakteristik Hutan Lambusango, seperti mempelajari air, pohon, dan satwa. Adapun lokasi studi yang diambil untuk kegiatan ini bertempat di jalur air terjun Kakenauwe.
- Publikasi Tingkat Nasional
- Siaran di Metro TV
Hutan Lambusango disiarkan dalam level nasional melalui stasiun Metro TV dalam acara Expedition pada 11 – 16 Juli 2008 sebanyak 4 kali. Metro TV dikenal masyarakat sebagai TV nasional yang kritis menyikapi terhadap permasalahan nasional dan memiliki segmen penonton umumnya yang berpendidikan. OWT telah memfasilitasi peliputan dan menjadi nara sumber utama siaran tersebut. Film yang berdurasi 20 menit tersebut berjudul ”Lambusango benteng terakhir satwa Buton”.
Materi yang diungkap dalam film tersebut meliputi : kekayan hayati Hutan Lambusango, kekayaan non hayati Hutan Lambusango, ancaman utama terhadap Hutan Lambusango dan bagaimana solusi melestarikan Hutan Lambusango.
Berbagai stake holder PKHL telah memberikan tanggapan positif atas penayangan siaran tersebut, karena merupakan acara pertama yang mengupas Hutan Lambusango yang di bahas secara ilmiah dan sistematis di tingkat nasional.
- Publikasi Media Cetak
Berbagai promosi yang dilakukan OWT berdampak semakin meluasnya publikasi OWT dalam berbagai media Nasional, seperti
- Tempo Megazine : Replicating Lambusango
- Progresif , Koran politik Nasional
- NGO news, Majalah LSM Nasional : Iklan seperti poster Lambusango Rumah Sejuta Kehidupan
- Pameran Tingkat Nasional di Jakarta Convention Center
OWT telah berpartisipasi dalam Pameran nasional pekan lingkungan hidup pada pertengahan 5 – 8 Juni 2008 di Jakarta Convention Center. Bapedalda provinsi Sulawesi Tenggara telah memilih OWT sebagai satu-satunya LSM yang mewakili Sultra. OWT bisa dikenal lekat dengan pemerintah, salah satunya dari banyaknya poster Hutan Lambusango yang dipasang dimana-mana.
Pameran ini dibuka oleh Menko Kesra Aburizal Bakri dan dihadiri mentri lingkungan hidup (Rahmat Witoelar) dan Menteri perumahan rakyat serta sejumlah pejabat penting lainnya. Pameran yang mengusung CSR (Coorperate Social Responsibility) tersebut berupaya menampilkan peran pemerintah dan berbagai perusahaan, khususnya pertambangan. Perusahaan diwajibkan untuk memberikan kontribusi dan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat lokal.
Tidak kurang dari 30 stand memenuhi pameran yang dihadiri oleh ribuan masyarakat khususnya DKI Jakarta. Tema yang diangkat dalam stand OWT adalah “empowering community for conservation”. OWT menampilkan berbagai produk pendidikan dan penyadaran dan kegiatan PKHL. Di stan tersebut juga diputarkan film-film PKHL agar tampak lebih menarik.
Lebih dari 300 orang dari berbagai kalangan dan tingkatan usia yang berkunjung ke stan OWT. Banyak di antaranya ada yang antusias menanyakan produk-produk yang ditampilkan beserta kegiatan PKHL, terutama masalah pendidikan konservasi, bisnis pedesaan, dan wisata alam. Sebagian wartawan yang berkunjung ke stan malah telah menindak lanjuti hasil kunjungannya dengan menulis menjadi bahan berita pada koran progresif dan majalah NGO news.
Selain menyampaikan informasi kepada pengunjung OWT juga membagikan beberapa produk pendidikan dan penyadaran kepada pengunjung seperti stiker, leaflet, dan buku-buku.
- Muatan Lokal Pendidikan Konservasi Hutan Lambusango tingkat SLTP dan SLTA
OWT akan kembali mencetak buku muatan lokal untuk tingkat SLTP dan SLTA (dalam satu buku) sebanyak seribu eksemplar. Buku berukuran B5 tersebut berbahan HVS 80 gr dengan pencetakan full color. Buku tersebut dilengkapi masing-masing dengan satu buah kurikulum.
Desain buku tersebut adalah untuk di ajarkan di tingkat smp dan sma masing-masing selama satu tahun ajaran. Bisa di ajarkan di kelas 1 atau kelas 2. Buku tersebut terbagi menjadi tiga unit. Unit pertama merupakan pendahuluan (terdiri atas tiga bab) di ajarkan kepada tingkat SMP dan SMA, namun pendalaman materi yang berbeda. Unit kedua (terdiri atas dua bab) merupakan aplikasi konservasi untuk SMP dan Unit ketiga (terdiri atas dua bab) merupakan aplikasi untuk konservasi untuk SMA.
Konsep utama pada unit 1, siswa diharapkan lebih memahami tentang konsep-konsep dasar konservasi. Pada pelajaran unit 2 & 3, diharapkan siswa bisa mendapatkan keterampilan untuk memberikan kontribusi pada kegiatan konservasi.
Unit 1 : Pendahuluan
Mengajarkan prinsip-prinsip dasar konservasi, diajarkan pada SLTP dan SLTA
Bab 1 : Pengenalan Hutan Lambusango
Melalui peta, sejarah pembentukan pulau, Fungsi Hutan, hingga ancaman hutan.
Bab 2 : Dasar-Dasar Konservasi
Konsep konservasi insitu-dan eksitu, konservasi di dunia, Daerah Aliran Sungai (DAS)
Bab 3 : Program Konservasi di Hutan Lambusango
Menjelaskan lesson learn yang diperoleh dalam setiap komponen PKHL
Unit 2 : Aplikasi Konservasi untuk SMP
Bab 4 : Pemanfaatan Energi
Sumber daya alam, bahan bakar fosil, bahan bakar alternatif
Bab 5 : bersikap bijak terhadap alam
Penghijauan, penyemaian sekolah, pembuatan kompos, kertas daur ulang
Unit 3 : Aplikasi Konservasi untuk SMA
Bab 6 : Lahan Potensial dan Kritis
Pemanfaatan lahan potensial, pelestarian lahan potensial, penananaman tanaman semusim di lahan kritis,
Bab 7 : Ekowisata di Pulau Buton
Pangsa pasar ekowisata, macam-macam kegiatan ekowisata, Faktor penentu kegiatan ekowisata, Kompetensi pelaku pengelola ekowisata.
- Siaran Radio Lawero
Lambusango telah disiarkan berulang-ulang pada April – Mei 2008 di Radio Lawero, sebuah radio terbesar di Bau-Bau. Spot Iklan Lambusango disiarkan 5 x dalam sehari (masing-masing 30 detik). Dialog interaktif dilaksanakan setiap dua minggu sekali. Tema dalam dialog interaktif yang terbagi dalam empat pertemuan tersebut adalah :
1. Program Konservasi Hutan Lambusango
2. Pendidikan dan Penyadaran PKHL
3. Bisnis pedesaan PKHL
4. Forum Hutan Kemasyarakatan Lambusango
- Promosi di Universitas Padjadjaran
Kegiatan promosi PKHL telah diselenggarakan di Universitas Padjadjaran, Jatinangor pada 3 Juni 2008 selama sekitar 3 jam. Pertemuan tersebut dihadiri oleh mahasiswa dan dosen oleh sekitar 30 orang. UNPAD memang memiliki program untuk mengundang para praktisi untuk memberikan kuliah umum kepada mahasiswanya.
Beberapa hal yang diambil dari promosi tersebut adalah, pihak perguruan tinggi khususnya UNPAD memerlukan buku panduan yang bisa menjadi pegangan mahasiswa terutama yang berkaitan dengan manajemen konservasi suatu kawasan. Dr. Teguh Husodo (pengajar mata kuliah ekologi UNPAD) menyebutkan saat ini belum ada buku yang bisa menjadi pegangan bagaimana cara penanganan proyek-proyek konservasi di Indonesia. Saat memulai proyek, pelaksanaan proyek, hingga bisa menyelesaikan proyek hingga berhasil.
Oleh karenanya, pembuatan buku hasil lesson learn PKHL akan menjadi sangat bernilai.
- Pembuatan Poster Lambusango Baru
Poster adalah media efektif untuk media penyadaran. Oleh karena itu, timbulah ide untuk membuat poster tambahan yang bertema: ” Lambusango Karet Busa Raksasa Pulau Buton”, Lambusango is a Giant Sponge of Buton Island.
Hasil pembelajaran dari pembuatan poster sebelumnya, poster harus memiliki pesan singkat yang fenomenal, mudah diingat orang dan memiliki eye catching yang bagus. Oleh karenanya, untuk poster baru ini masih tetap memperhatikan penggunaan kalimat yang bombastis dan harus dibuat oleh ilustrator profesional.
Poster yang akan didesain berfungsi menyampaikan pesan bahwa hutan sebagai penyerap air saat hujan dan penyimpan cadangan air saat kemarau. Hutan akan digambarkan dengan suatu karet busa yang basah berbentuk cekungan DAS. Secara vertical menggambarkan tiga lapis kekayaan Hutan Lambusango (tambang, air, dan kekayaan non hayati). Paling atas terdapat padang kuku dan kabut-kabut, beserta anoa dan burung halo.